Jumat, 10 April 2009

Klobot isi Crutu


Klobot, bagi sebagian kita yang lahir di era 80-an, kata ini tentu asing. Ya, klobot. Sejenis rokok yang pembungkusnya terbuat dari pelepah buah jagung yang dikeringkan. Kadang diberi perasa manis dengan direbus dalam gula merah encer, kala kecil kadang aku suka menjilatinya. Adapun isinya adalah tembakau kelas rendah yang bila mau menggunakannya harus di tumbuk pelan lalu di suir-suir. Jenis rokok ini dulu kondang dikalangan bawah, karena harganya yang ekonomis, walau kadang ada yang selangit. Klobot Roro mendut misalnya.

Crutu. Srutu. Cerutu. Sejenis rokok yang tentu sudah tak asing di telinga kita. Bahkan akhir-akhir ini ada trend di kalangan atas, untuk menghisap crutu di kala senggang. Sebuah image tersendiri, kelas tersendiri, karena memang jenis Rokok ini mahal harganya. Apalagi yang impor dan berumur tua. Dulu Crutu adalah ' Klangenan' para Menir atau tuan Londo.

Dari dua jenis rokok tersebut ada sebuah filosofi mendalam yang terkandung. Bukan tentang seni hisap menghisap. Atau tentang aroma dan rasa. Tetapi tentang kehidupan.
Masa kecil dulu, sering nenekku selalu mengelus kepala. Dengan penuh kasih sayang ia berguman," E...alah Le. Jadilah manusia yang Luhur, Waras Rohani jasmani. Berguna bagi manusia dan negara serta agama. Jujur Lisan batin. Jangan Bungkus Crutu isi Klobot, tapi berusahalah Jadi Bungkus Klobot isi Crutu".

Untuk kalimat awal anak seusiaku saat itu langsung paham apa maknanya. Tapi kalimat akhir hingga dewasa kemarin belum terkuak artinya.
Hingga akhirnya sebuah peristiwa kecil yang sebenarnya tak ada arti kembali mengingatkanku akan kalimat nenek kala itu.

Dian anakku yang paling kecil, satu waktu memakai sepatu mbaknya, Ria. Badan mereka memang sama hingga sepatu meraka sering saling tukar pakai. Tak taunya sepatu itu adalah milik teman si-Ria yang ia tukar pakai juga.

Masalah timbul ketika Tim Futsal di mana Dian Sekolah ada satu pemain yang belum punya sepatu futsal. Kebetulan dian memakai sepatu teman ria yang ternyata sepatu Futsal. Dianpun diminta bantuan agar meminjami sepatu itu. Saat itu dian tak ngomong kalau itu bukan sepatunya. Ketika pulang sekolah, Teman ria telah menunggu karena bermaksud akan menukar sepatunya. Kepanikan nampak di wajah Dian. Ke tempat teman kelasnya untuk meminta sepatunya jelas tak mungkin. Lalu apa jawaban yang harus disampaikan ke Mbaknya, dan tentu teman mbak-nya.

Walau masalah itu selesai dengan campur tangan istriku, ada suatu pelajaran yang bisa dipetik.
Jujur mujur. Jangan akui sesuatu adalah milikmu padahal bukan. Jangan katakan sanggup, padahal tidak. Jangan katakan ia, tetapi dibelakang ingkar.

Dewasa ini, falsafah mulia itu kadang luntur begitu saja. Apalagi bila kita bertemu teman lama. Misal dalam satu acara reuni. Gengsi dengan motor, sewa mobilpun jadi. Dengan gagah cerita ini itu sebagai orang berhasil. Ketika ditanya, dengan berlagak merendah bilang , mobil bekas-lah, yang kredit-lah. Pikir mereka paling ketemu sekarang, besok sudah dengan kesibukan masing-masing dan nggak mungkin ketemu.

Dan bila terpaksa ketemupun. Gampang, "Mobilnya mana?. Jawabnya: di bengkel. Selesai.
Padahal tidak. Sekali kau berbohong maka engkau terpaksa harus berbohong kembali untuk menutupi kebohonganmu yang pertama dan demikian seterusnya.

Maka benar, jadilah diri sendiri. Bungkuslah diri dengan isi. Jangan kau sematkan merk tertentu padahal isinya lain. Maka kau akan Mujur.

7 komentar:

  1. setujuuuuuuuuuuu mas ari!!!!!

    Ngomong2 masalah kampungku, depannya rumah walet persis itu lho mas. deket pasar banjardawa. moso sih gak nemu?

    BalasHapus
  2. wahhh... bener banget mas.....
    terimaksih telah mengingatkan..

    BalasHapus
  3. setuju banget mas, apalagi di jaman sekarang di kota-kota besar orang udah pada krisis identitas kali ya? sampe bela-belain nyewa mobil cuma buat kondangan, mempertahankan gengsi.
    hhh...

    BalasHapus
  4. Yups,setuju! Pelajaran yg sangat berharga nih...makasih mas.Terus berbagi njih...

    BalasHapus
  5. (ironic tragic)
    after all, setubuh...
    tapi bohong itu kayak bumbu, diperlukan walau sedikit...

    BalasHapus
  6. You actually make it seem so easy with your presentation but I find this topic to be really something which I think I
    would never understand. It seems too complex and extremely broad for
    me. I am looking forward for your next post,
    I will try to get the hang of it!

    my webpage ... austria

    BalasHapus
  7. I know this if off topic but I'm looking into starting my own blog and was curious what all is needed to get setup? I'm assuming having a blog like yours would
    cost a pretty penny? I'm not very internet smart so I'm not 100% certain.
    Any recommendations or advice would be greatly appreciated.

    Thank you

    Also visit my blog post; vakantie frankrijk huisje

    BalasHapus

Bila ingin Mendampratku Silahkan,....