Senin, 30 Maret 2009

Cobaan tiada Henti



Kalau boleh kembali mengeluh, inilah saat yang tepat.
Di tengah hiruk pikuk Kampanye yang semarak, ramai dan bertubi-tubi pula masalah yang mendera. Dari mulai pengkhianatan para kurirku. ( Alhamdulilah dah selesai dengan baik ). Lalu Sepinya kerjaan di Sentra Konfeksi di Kawasan Jembatan Lima Tambora, yang tentu berakibat agak menurunnya Omzet Warung istriku.

Itu tak mengapalah. Yang penting anak-anak sehat, bisa senyum dan Cukup makan.
Maka Usaha harus tetap jalan, apapun caranya.

Sebulan yang lalu demi Pelayanan ke Konsumen Warung dan Pengiriman Uang. Aku sepakat dengan Istri untuk Renovasi tempat Usaha. Sebagian besar Modal Usaha kami pakai untuk Renovasi, dengan rencana apabila nanti kurang modal tinggal ajukan pinjaman.

Malapetaka baru kusadari menghadang didepan ketika CS Bank yang biasanya Ramah dan merayu untuk mengambil Kredit, justru berkata dengan lesu, " Maaf Pak. Untuk satu bulan ini Kebijakan dari Pusat tidak bisa mengeluarkan Pinjaman dulu. Nunggu masa Pemilu selesai".

Busyet..!!!!.
Pemilu yang konon adalah sarana memilih Pemimpin untuk membawa Negara ini kearah lebih baik. Ternyata Momok yang sangat menakutkan bagi kalangan Usaha.
Dan akupun merasakannya kini. Dan mungkin jutaan di luar sana juga mengalami pahitnya masa Kampanye sepertiku.

Apakah begitu menakutkan apa yang disebut POLITIK.

Jumat, 27 Maret 2009

Pengkhianatan

Pengkhianatan, Pengkhianat, dikhianati.
Sebuah kata yang dengan apapun ia di sandingkan selalu berarti negatif. Pelaku dan korban sama-sama sakit. Pelaku sakit Jiwa dan mentalnya, korban sakit hatinya.

Adalah hal yang sangat menyakitkan bagi kita bila dikhianati. Entah oleh pacar kita, Teman dan anak buah atau yang lebih yang ekstrim pasangan hidup kita.

Semoga jangan dikhianati, dan jangan jadi Pengkhianat.

Namun beberapa hari ini justru aku tertimpa hal itu.
Beberapa kurir aku yang selama ini aku beri kepercayaan untuk membantu usahaku berkhianat.
Setelah sekian lama aku anggap ia sebagai orang yang patut aku hormati atas kinerjanya ternyata berbalik tak seperti yang terlihat.

Ia memakai dana Kantor, dan ketika ditegor malah pasang badan dan Menghasut teman kurir lainnya untuk Mogok. Aku sempat tidak habis Fikir orang macam apa yang aku hadapi. OK-lah kalau alasan Uang gaji gak cukup untuk Kehidupan sehari-hari, kukira saat ini semua juga sedang prihatin karena Krisis. Masih Lumayan bisa Kerja untuk menyambung hidup.

Bukanya berfikir untuk menyelamatkan Usaha dengan sekuat tenaga malah tanpa tanggungjawab memakai dana Kantor.

Aku kerjakan ia atas masukan dari karyawan lama, tapi tak adil bila beban itu aku bebankan ke karyawan lama tersebut. Akhirnya dengan terpaksa aku keluarkan ia dengan tidak Hormat. Walau ada yang menyarankan difikir-fikir, tapi lebih baik seperti itu. Daripada dibelakang hari ia menikam lagi.

Semoga kedepan tak ada lagi Pengkhianatan lagi seperti itu.

Apa yang kau rasa sanggup, kerjakan,
Kalau tak Sanggup, Segera tinggalkan.
Tapi Jangan kau tapakkan jejak kotor di bekas jalanmu,
karena ia akan mengikutimu kemanapun kau pergi.

Rabu, 11 Maret 2009

Nglokro


Terpampang Olehku kini
Sebuah Nafsu liar dengan bilur menari
Ternganga ia penuh tantang
dengan tetesan lendir birahi

tapi Nafsuku hilang sudah
tertelan oleh beribu-ribu kecewa
.....Semangatku sirna sudah
terhempas oleh bertubi-tubi riak kegagalan.

Pernah memang,
berbagai tuba telah kucoba
hingga berjuta mantra telah kubaca.

Namun semuanya basa.
tanpa rasa.
Bahkan untuk sebuah Lenguh dari-Nya pun Tidak
Apalagi buncah Kenikmatan.

Kembali kukini
dalam kesendirian,
dalam kesunyian,
Ditengah Rimba Nafsu.

Yang saling memacu dengan Nafas menderu
Disela Lenguh mendesah
yang meracau penuh bara
kutetap sendiri,
................................................................nglokro.