Tentang Sebuah Pengembaraan 'batin' dari anak manusia. Tentang suka, duka, cerita dan mendengar.
Kamis, 05 November 2009
CICAK, BUAYA lalu kemudian APA ?
Edan......
Setelah CICAK dan BUAYA kita kira telah masuk ke babak baru yang Insya Allah semakin terang. Ternyata tetap dibayangi kemungkinan-kemungkinan kasus ini akan gagal dan teronggok begitu saja.
Loh koq Pesimis .....
Ya. Bagaimana tidak. Tokoh sentral yang seharusnya bisa memainkan Peran utama dalam masalah ini justru sembunyi dengan alasan Hukum. Malah membentuk TPF, yang ternyata segala Anjurannya juga tak di laksanakan sama sekali. SBY ternyata memang sangat LEMAH, kalau tak bisa dibilang LEMBUT bahkan LOYO.
Kemudian ditambah Kinerja KEPOLISIAN yang ternyata sangat kentara DUALISME kebijakannya dalam menangani suatu Kasus. Salah satu Bukti, terhadap BIBIT CHANDRA Kepolisian Negara ini dengan percaya diri menahannya dengan alasan Takut melarikan diri, Suka ngoceh mempengaruhi Opini Publik, atau bahkan dikwatirkan menghilangkan Barang Bukti. Padahal kita semua tahu siapa BIBIT CHANDRA.
Nah terhadap ANGODO yang nyata-nyata menyerahkan Uang 5 Milyar untuk menyelesaikan kasus Abangnya si Buronan CENTURY, Anggoro. Dan terbukti ada niat untuk mengkriminalkan KPK lewat Bukti rekaman yg kemarin kita dengar di Mahkamah Konstitusi. Polisi tak berani menunjukkan Taringnya. Dengan alasan tak cukup barang bukti dan alasan penahan, anggodo tetap bebas berlenggang kangkung.
Ditambah Kabareskrim-nya, mengundurkan diri. Semacam ada permainan lagi di Kepolisian. Jangan-jangan ANGGODO masih punya Power dan mengancam, kalau dia ditahan akan dibuka semua. Hancurlah nama Kepolisian, Semoga ini tidak.
Dan yang paling FATAL. Menteri Hukum Negara ini, PATRIALIS AKBAR sebagai kepanjangan tangan Presiden dengan lantang menanyakan apakah ada hubungan Pemutaran Rekaman Skandal Anggodo dengan pengajuan hukum yang diajukan BIBIT-CHANDRA lewat Mahkamah Konstitusi.
SHITTTTT.......
Konstitusi Prosedural.
Yang walaupun nyata-nyata terpampang di depan mata, tapi bila tak lewat Prosedur dengan Hukum Positif negeri ini, semua tak ada arti.
Lalu dimana Hati nurani Keadilan mereka ?
Dimana Mata batin kebenaran mereka ?
Sebuah tanda tanya besar menggantung diatas Langit Negeri ini.
Akankah Hukum menjadi Juru adil,
Ataukah Uang yang akan mengadili Hukum.
Jawabnya jangan kau tanya kepada Rumput yang bergoyang.
Karena sekarang sang rumput telah kering terbakar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
memang hidup damai tanpa hukum adalah kehidupan binatang....
BalasHapusPak, aneh yah? kata temennya temen saya, Indonesia sudah berubah menjadi republik binatang. Astagfirullah... (kalau di fikir, lucu juga, kenapa yah pak, jadi bawa2 nama binatang?)
BalasHapus@buwel : Ya. Tapi kalau Hukumnya dibuat oleh manusia berhati Binatang lebih repot.
BalasHapus@Anazkia : Waduhhhh... baru denger. Tapi memang begitu kenyataannya sih.
@asas : Kayaknya betul tuh. Harus hati-hati nih.